Sumber: maria.co.id
Sistem drainase merupakan rangkaian kegiatan dalam membentuk upaya
pengaliran air, baik itu air permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah (underground
water) dari suatu daerah atau kawasan. Drainase menjadi suatu bagian sangat
penting dalam penataan suatu kota. Kota yang tertata dengan baik haruslah
memiliki penataan sistem drainase yang dapat berfungsi secara optimal dalam
upaya mengurangi atau membuang kelebihan air pada suatu kawasan atau lahan
dengan begitu tidak akan menimbulkan genangan air, bahkan banjir yang dapat
mengganggu aktivitas masyarakat di kota tersebut atau bahkan akan menimbulkan
kerugian baik sosial maupun ekonomi terutama yang menyangkut aspek-aspek
kesehatan lingkungan (Fairizi, 2015).
Drainase sangat berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi pada daerah perkotaan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu, drainse juga menjadi salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna dapat memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan dan menjadi komponen penting pada perencanaan suatu kota khususnya berkaitan dengan perencanaan infrastruktur.
Jika dilihat
dari sudut pandang lainnya, drainase menjadi suatu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan oleh masyarakat kota dalam rangka mewujudkan kehidupan
perkotaan yang aman, nyaman, bersih dan tentunya sehat. Prasarana drainase
memiliki fungsi vital dalam upaya pengendalian air dan mengaliri air. Selain
itu, berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Melihat fenomena yang terjadi saat ini, hampir di setiap kota yang ada di Indonesia yang mana perkembangan penduduk begitu pesat menimbulkan jumlah penduduk di wilayah tersebut menjadi tidak terkontrol sehingga menimbulkan kurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau karena sudah digunakan sebagai kawasan permukiman, perkantoran dan area industri.
Akibat dari hal ini, menimbulkan kurangnya daerah resapan air yang berakibat pada tidak adanya cadangan air tanah. Sistem drainase yang tidak ramah lingkungan kemudian dijadikan masyarakat sebagai tempat pembuangan limbah dan sampah yang pada akhirnya akan tersalurkan ke sungai sehingga mengakibatkan meluapnya air ke daerah sekitar yang lebih rendah.
Akibatnya, daerah tersebut mengalami banjir karena drainase yang ada tidak bisa menampung debit air. Lebih parahnya lagi sampah dan limbah yang terbawa air ke sungai akan berakhir ke laut yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan merusak ekosistem laut. Sistem drainase yang baik dapat mencegah terjadinya banjir pada suatu perkotaan pada saat musim hujan dan menjaga cadangan air tanah pada musim kemarau. Pengelolaan limpasan air hujan berlebih yang baik dapat mengubah hal tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna seperti sumber daya air untuk kota tersebut.
Kota Ambon merupakan ibukota dari provinsi Maluku, yang memiliki luas sebesar 359,45 km2 dengan kepadatan penduduk yaitu 1.191 jiwa/km2. Tentunya dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi hal ini berpengaruh pada peningkatan perubahan lahan, yang dibuktikan dari luas penggunaan lahan di Kota Ambon lebih banyak bagi kegiatan perkotaan (perumahan, industri, perdagangan dan jasa). Berkurangnya lahan terbuka tersebut tentunya menimbulkan potensi limpasan yang tinggi, yang kemudian membuat Kota Ambon sering terjadi bencana banjir pada titik-titik tertentu pada saat musim penghujanan. Sejumlah kawasan di Kota Ambon, Maluku terendam banjir setelah hujan deras tanpa henti. Sejumlah kawasan yang terendam banjir seperti di kawasan Wayame, Waiheru, Batu Merah, Passo dan kawasan depan Maluku City Mall.
Di kawasan Waiheru dan Wayame
misalnya, banjir yang terjadi membuat jalan raya di kawasan itu sulit dilalui
kendaraan baik mobil maupun sepeda motor. Selain menggenangi jalan raya, banjir
juga menyebabkan sejumlah rumah warga tergenang. Di sejumlah lokasi itu,
ketinggian banjir hampir mencapai 50 cm. Menurut Dr. Ir. Kustamar (2020)
penyebab terjadinya banjir di Kota Ambon ada beberapa faktor salah satunya
adalah kurang maksimalnya sistem drainase yang ada karena rusaknya bangunan
saluran yang sudah lama dibuat dan juga kurangnya perhatian terhadap proses
perawatan drainase serta padatnya bangunan-bangunan rumah, perkantoran maupun
sekolah dan lain-lain sehingga mengakibatkan banyaknya air limpasan akibat
kurangnya daya resapan tanah.
Permasalahan berikut timbul akibat sistem drainase di Kota Ambon yang tidak ramah lingkungan adalah mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan pada daerah pesisir dan laut di Kota Ambon, mengingat letak geografis Kota Ambon berada pada daerah pesisir. Dengan sistem drainase yang saat ini diterapkan di Kota Ambon membuat dampak yang sangat fatal terhadap keberadaan ekosistem di pesisir pantai. Hal ini dikarenakan air maupun material lainnya akan terbawa ke sungai dan berakir di laut akibat dari sistem drainase yang tidak ramah lingkungan.
Air yang teraliri ke laut bukan lagi air hujan, namun
pada wilayah perkotaan saluran drainase tidak hanya mengaliri air hujan tetapi
juga air buangan (limbah) rumah tangga dan mungkin juga limbah pabrik. Hujan
yang terjatuh pada wilayah perkotaan akan terkontaminasi ketika air itu
melintasi lingkungan perkotaan. Sumber dari kontaminasi berasal dari udara
(asap, debu, uap, gas) bangunan dan/atau
permukaan tanah dan limbah domestik yang mengalir bersama air hujan. Setelah
melewati lingkungan perkotaan, air hujan dengan atau tanpa limbah domestik
membawa polutan ke badan air.
Selain mencemari lingkungan pesisir, drainase yang
pembuangannya langsung ke laut juga menyebabkan terjadinya sedimentasi yang
berakibat fatal terhadap masyarakat sekitar. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2LD-LIPI) pada 2021 menyebutkan bahwa Teluk Ambon bagian dalam terancam
dangkal akibat semakin tebalnya sedimentasi selama beberapa tahun terakhir.
Dalam setahun, kecepatan laju sedimentasi di Teluk Ambon bagian dalam sebesar
2,4 cm per tahun atau sekitar enam kali lipat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Topografi Kota Ambon yang merupakan pulau kecil bergunung dan
berbukit dengan kemiringan lereng yang begitu curam dan dataran sangat sedikit
menyebabkan terus terjadinya pembukaan lahan baru pada daerah dataran tinggi.
Hal ini tentu berakibat pada degradasi ekosistem dan vegetasi Teluk Ambon
ditambah dengan sistem drainase yang berakhir langsung ke laut menjadi salah
satu timbulnya sedimentasi di perairan Teluk Ambon. Air yang teraliri dari
drainase menghasilkan partikel-partikel kecil yang dibawa oleh sungai menuju
pantai dan akan mengendap di perairan baik bersifat permanen maupun tidak. Hal
ini yang kemudian memicu terjadinya sedimentasi di Teluk Ambon.
Oleh sebab itu, semakin kompleks kegiatan manusia akan
berpengaruh menghasilkan limbah berupa buangan yang dapat menambah beban bahkan
mengubah fungsi dari sebuah drainase dan tentu mengganggu keberlangsungan
hidupnya. Maka dari itu,
diperlukan pemahaman tentang drainase yang ideal dan kompleks. Jadi,
diperlukannya pemahaman mengenai latar belakang suatu drainase, tujuan dan
manfaat dari pembuatan drainase tersebut, jenis drainase yang umum digunakan,
sejarah perkembangan, prinsip-prinsip sistem drainase dan kebijakan-kebijakan
yang diambil pemerintah berhubungan dengan pencapaian lingkungan yang baik,
asri dan nyaman bagi masyarakat. Dari
fakta yang ada, maka perlu adanya penataan kembali sistem drainase dengan mengacu dan membandingkan sistem
drainase berkelanjutan yang telah berhasil dikembangkan oleh negara-negara maju
di dunia seperti Inggris, Belanda, Australia, Amerika dan Swedia. Diharapkan
Kota Ambon dapat menanggulangi dan memanfaatkan dampak dari limpasan air dengan
sistem drainase berkalanjutan yang cocok untuk keadaan di Kota Ambon yang
berada pada daerah pesisir.
Posting Komentar untuk "Pemanfaatan Drainase Berwawasan Lingkungan di Kota Ambon"